Sabtu, 08 Juli 2017

SEJARAH KURIKULUM INDONESIA MASA PENJAJAHAN PORTUGIS

Kurikulum di Indonesia Pada Masa Portugis
Indonesia memiliki sejarah panjang baik dalam bentuk perjuangan pada saat indonesia dijajah oleh negara lain hingga indonesia merdeka. Pada saat penjajahan tersebut, Indonesia juga mengalami berbagai perubahan tata pemerintahan maupun dalam bentuk pendidikan.
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan tak akan ada habisnya jika hendak dibicarakan. Setiap pola perubahan pemerintah di Indonesia, maka pola pendidikan itupun berubah. Perubahan pola pendidikan tersebut dapat berasal dari bebrapa faktor, diluar faktor pemerintahan, pola tersebut contohnya adalah pola tingkah laku para pejabat dan pola tingkah laku masyarakat yang mestinya disesuaikan.
Untuk setiap pola tersebut, maka, untuk mengatur pola pendidikan memerlukan yang namanya kurikulum. 
A.    Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum menurut Kerr, J. F (1968): kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu atau secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kurikulum menurut Inlow (1966): kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan. Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003: kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaraan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat pengajaran yang akan digunakan dan diterapkan di dalam lingkungan sekolah yang digunakan oleh pendidik untuk meningkatkan kualitas peserta didiknya.
B.    Sistem Pendidikan di Indonesia
Sistem pendidikan di Indonesia pada masa Portugis secara mendasar dikerjakan oleh organisasi misi katolik dimana orang yang terkenal dalam penyebarab agama khatolik adalah Franciscus Xaverius dikalangan masyarkat pribumi Franciscus Xaverius dikenal jujur dan keiklasannya membantu kesulitan rakyat dengan berkeliling kampung sambil membawa lonceng di tangan untuk mengumpulkan anak-anak dan orang dewasa untuk diajarkan agama khatolik. Pada tahun 1536 penguasa Portugis di Maluku bernama Antonio Galvano mendirikan sebuah sekolahanmissionaris di Ternate untuk anak-anak pribumi adapun metode yang diajarkan adalah dengan cara ceramah, menghafal dan mengkaji ulang pekerjaan, Sekolah sejenis ini pun di buka di solor dimana bahasa latin juga di ajarkan kepada murid-muridnya. Dibawah asuhan seorang pastur di bukalah sekolah desa (volk school dan voorvolk school di desa Simpang Tiga Tanjung sakti dalam masyarakat setempat sekolahan itu dikenal dengan sebutan sekolah mingguan. Tahun 1492, Columbus memulai misi penjelajahan untuk menemukan Kepulauan Hindia yang dikenal  sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Ketika mendarat di sebuah daerah), Columbus mengira telah mencapai Kepulauan Hindia. Daerah tersebut selanjutnya dianggap sebagai daerah jajahan Spanyol. Misi pun diteruskan sampai Meksiko. Tahun 1512, armada Spanyol di bawah pimpinan Sebastian Del Cano mendarat di Maluku dan banyak membeli rempah-rempah. Rempah-rempah itu dibawa ke Spanyol dengan kapal Victoria. Berita keberhasilan Sebastian Del Cano menemukan sumber rempah-rempah menjadi perbincangan luas di spanyol. Sejak saat itu, kapal-kapal Spanyol berduyun-duyun datang ke Maluku. Selain misi ekonomi, penjelajahan bangsaSpanyol juga membawa misi untuk menyebarkan agama Katolik. Seorang pastor bernama Franciscus Xaverius menyebarkan agama Katolik di Ambon, Ternate dan Moratai. Namun keberadaan Spanyol di Maluku tidak berlangsung lama karena Portugis terlebih dahulu menguasai Kepulauan Maluku. Perkembangan pendidikan Islam disini meliputi perkembangan dari sisi institusinya maupun materi atau kurikulumnya. Pada masa pemerintahan Abdurahman III dan al-Hakam II Muslim Spanyol mengalami puncak kejayaan. Dari sisi perkembangan pendidikan Islam, pada periode ini banyak dibangun lembaga pendidikan.
C.    Pendidikan pada Awal Masuknya Portugis ke Indonesia
Pendidikan  pada masa Portugis ini secara mendasar dikerjakan oleh organisasi misi Katolik Roma. Baru pada tahun 1536, di bawah Antonio Golvano, penguasa Portugis di Maluku, didirikan sekolah seminari yang menerima anak-anak pemuka pribumi. Selain pelajaran agama, mereka juga diajari membaca, menulis, dan berhitung. Sekolah sejenis di buka di Solor dimana bahasa latin juga diajarkan kepada murid-muridnya. Mereka yang berkeinginan melanjutkan pendidikan dapat pergi ke Goa-India yang ketika itu merupakan pusat kekuatan Portugis di Asia. Perkembangan pendidikan di zaman Portugis ini dapat dinyatakan berpusat di Maluku dan sekitarnya, sebab di daerah-daerah lain kekuasaan Portugis kurang begitu mengakar. Keahlian bangsa Portugis dalam navigasi, membuat kapal dan persenjataan kemungkinan mereka untuk melakukan ekpedisi, ekplorasi, dan ekspansi. Dimulai dengan ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru ditaklukkan dalam tahun 1512, bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba untuk menguasai sumber rempah-rempah yang berharga dan untuk memperluas usaha misionaris Katolik Roma.


D.    PenyebaranPendidikan  Di Indonesia PadaMasaPortugis
Sejarah pendidikan yang melaksanakan dengan system pengajaran dengan wujud lembaganya yang lebih dikenal dengan sekolah sebenarnya sudah di mulai pad apermulaan abad ke-16 yaitu pada saat kedatangan bangsa Portugis di Indonesia yang kemudian di susul oleh bangsa Spanyol. Kedatangan bangsa Portugis membawa pandangan tidak terlepas dari konteks perkembangan system dunia yang semakin meluas sebagai akibat ekspansi barat sejak akhir abad ke-15 antarabangsa-bangsa Eropa di Asia khusunya.  Dilihat dari sudut pandang bangsa-bangsa Eropa dengan sikap keagamaanya dalam abad pertengahan dengan usaha kristenisasi yang dilakukan oleh misionaris yang menyertai ekspedisi Portugis dan Spanyol semakin memperhebat membawa pengaruh terhadap pendidikan di daerah-daerah yang bersangkutan. Ketika pendeta Ignatius Loyola untuk pertama kali mendirikan Ordo Jesuit di Paris dengan membangun sebuah organisasi yang sangat militant untuk memperjuangkan dan menyebarluaskan agama tersebut dengan segala penjuru dunia.
Jumlah peserta sekolah-sekolah Jesuit yang semakin meningkat sebagian besar terhantung pada prioritas pelajaran tentang Sastra Yunani dan Romawi. Para murid dianjurkan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan deklamasi dan perdebatan di luar jam sekolah , bersaing untuk memperoleh penghargaan dan hadiah, sehingga sekolah mampu menarik anak-anak berbakat yang akhirnya mendapa tperhatian dan sambutan dari berbagai kalangan masyarakat tanpa mempersoalkan agama dan status sosialnya, sehingga murid-murid yang berbakat inilah yang nantinya memberikan pengaruh besar terhadap pendidikan di Indonesia.           Salah seorang pengikut Ordo Jesuit yang pertama adalah Franciscus Xaverius, meninggal pada tahun 1552 semasa hidupnya Franciscus Xaverius berhasil mendirikan berbagai misi gereja Katolik Roma di Indonesia dan sekaligus menjadi peletak dasar dari Katholisisme di Indonesia dan menegaskan bahwa untuk memperluas agama Nasrani perlu didirikan sekolah di mana-mana terutama di daerah–daerah non-kristen dan berkat Francicus Xaverius juga agama katolik menjadi pijakan yang kuat di Halmahera Ternate dan Ambon sehingga ketiga pangkalan itu banyak orang yang memeluk agama khatolik.

E.    Daerah Penyebaran Pendidikan Portugis
1.    Maluku
Secara historis kepulauan Maluku sangat terkenal dengan sebagai suatu daerah penghasil rempah-rempah tetapi sebenarnya daerah tersebut bukanlah pulau penghasil rempah-rempah yang asli selama berabad-abad sebelum kedatangan orang-orang barat di kepulauan Maluku para perdangan Melayu, Jawa dan Cina telah melakukan dagang cengkeh dengan sistem barter di daerah-daerah bagian tertentu yaitu pulau Halmahera, Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Bacan. Pada tahun 1536 penguasa Portugis untuk Maluku adalah Antonio Galvano berhasil mendirikan sekolah Seminar untuk anak-anak para pembuka pribumi di Ternate yang merupakan sekolah agama Kristen bagi anak-anak mereka dan sekolah yang sejenis kemudian didirikan di pulau Solor dengan jumlah murid sebanyak 50 orang, murid-murid yang berasal dari golongan pribumi dan ternyata mampu mengikuti pelajaran dengan baik dan berkeinginan melanjutkan pendidikannya ke Goa. Pada tahun 1546 di Ambon sudah banyak pemeluk agama khatolik selain pelajaran agama yang di berikan pelajaran seperti membaca, menulis dan berhitung juga di berikan dengan  tambahan bahasa latin.

2.    Sumatra Selatan
Hubungan kesultanan Palembang dengan bangsa Portugis di malaka sampai akhir abad ke-16 selalau mengikuti kebijakan Demak yang telah mengambil alih peran malaka dalam penyebaran agama Islam di daerah nusantara,serbuan Demak terhadap malaka sejak tahun 1512 sampai 1513 dan 1551-1574 selalu mendapatkan bantuan dari Palembang sehingga tidak memberikan kesempatan kepada bangsa eropa untuk berpengaruh di daerah Palembang. Ketika inggris menguasai Bengkulu sempat misi Kristenisasi dibawah zending Kristen memasuki daerah Tanjung Sakti dibawah asuhan seorang pastur Khatolik di daerah tanjung sakti dibangun sebuah sekolahan desa dan voorvolkschool di simpang tiga Tanjung Sakti  setelah itu di buka pula sebuah sekolahan pertanian dalam masyarakat setempat sekolahan itu di kenal dengan nama sekolah mingguan
Penyebaran agama khatolik dengan mempergunakan sarana pendidikan yang setingkat dengan pendidikan pada akhir abad ke-19 hanya terbatas daerah Tanjung Sakti saja karena tidak dapat menjangkau daerah yang lebih luas dan setela jatuhnya kesultanan Palembang pada tahun 1848-1868 sumatra selatan berhasil dikuasi belanda dan mengambil alih segala harta benda milik gereja dan semua lembaga pendididkannya.

F.    Ciri-Ciri Pendidikan Pada Masa Portugis
Seorang penguasa dari Portugis di Maluku bernama Antonio Galvano mendirikan sebuah sekolahan Missionaris untuk anak-anak pemuka pribumi adapun sekolahan mengajarkan beberapa pelajaran seperti, membaca, menulis, berhitung dan agama. Metode yang di pergunakan berupa:
1.    Ceramah
2.    Menghapal
3.    Mengkaji ulang pekerjaan
     Adapun ciri-ciri pendididkan pada masa Portugis yaitu:
1.    Yang memberikan pelajaran biasanya di panggil pastur atau pendeta
2.    Metode yang diajarkan bersifat ceramah, menghafal, dan mengkaji ulang pekerjaan
3.    Waktu belajar pada hari minggu
4.    Bersifat klasikal

G.    Pengaruh  Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia
Selama berada di Indonesia orang-orang portugis meninggalkan beberapa pengaruh kebudayaan mereka seperti :
1.    Bidang Kesenian
Bangsa portugis meninggalkan kesenian yang berupa balada-balada keroncong yang diiringi gitar yang berasal dari kebudayaan portugis.
2.    Bidang Bahasa
Kosa kata bahasa Indonesia juga ada yang berasal dari bahasa portugis seperti, bendera,keju dll
3.    Bidang agama
Adanya bangunan-bangunan gereja di Indonesia dan masyarakat Indonesia bagian timur kebanyakan memeluk agama khatolik
4.    Bidang Pendidikan
Didirikannya sekolahan seminari di Ambon dan volkschool dan voorvokschool di tanjung sakti.